Siapa yang sangka?
Ternyata kitab fenomenal berjudul “Bulughul Maram” karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani (wafat 852 H) itu, diniatkan sebagai hadiah bagi putra pertamanya. Ibnu Hajar yang sudah sangat mengharap dikaruniai putra, begitu bahagia menyambut Muhammad yang lahir dari rahim istri keduanya. Oleh karenanya, beliau menyusun kitab hadits ini sebagai panduan ilmu untuk anaknya kelak.
MasyaAllah…
Begitulah perhatian seorang ayah yang berilmu kepada anaknya.
Begitulah pula Ibnul Jauzi (wafat 597 H). Beliau sangat perhatian terhadap anaknya. Sampai-sampai menuliskan satu kitab khusus, sebagai nasihat bagi putra pertamanya, agar mengikuti jejaknya di jalan ilmu.
Nasihat-nasihat yang terdiri dari 18 bab itu, diberi judul Luftatul Kabad Fii Nashihatil Walad.
MasyaAllah…
Begitulah perhatian seorang ayah yang berilmu kepada anaknya.
Bahkan, saking begitu besar perhatian para ulama terhadap kebaikan anak dan seluruh keturunannya, sampai-sampai diantara mereka ada yang menuliskan kitab untuk anaknya, berupa panduan menjadi orang tua.
Adalah Ibnul Qayyim (wafat 751 H) menuliskan kitab Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, untuk anaknya, Burhanuddin, yang baru saja dikaruniai putra. Kitab ini adalah hadiah dari Ibnul Qayyim kepada anaknya, agar bisa menjadi orang tua yang baik setelahnya.
Ayah, pesan dan nasihat apa yang sudah kita berikan kepada anak kita?
Apa maksud dari panjang lebarnya tulisan ini?
Artinya, kita sebagai “kepala sekolah” di dalam keluarga itu perlu sekali untuk belajar, agar bisa mengajarkan dan memberikan pesan untuk anak-anak tercinta.
Tugas untuk belajar dan mengajar itu bukan cuma tugas ibunda-nya anak-anak kita saja. Tapi kita juga harus turut serta belajar dan mengajar. Mencatat faedah dan menuliskan pesan nasehat kebaikan untuk anak-anak kita.
Apakah kita masih belum juga peka?
Mari kita merenung dan berkaca!
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh :
Kak Erlan Iskandar,
Yogyakarta, 26 Syawal 1441H