Ayah Bunda, pada dasarnya tugas mendidik anak itu adalah tanggung jawab orang tua. Bukan sekolah atau tempat mengaji-nya.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim : 6)
Ali bin Abi Thalib menafsirkan kalimat penjagaan terhadap keluarga di dalam ayat ini, dengan mengatakan,
علّموهم و ادّبوهم
“Ajarilah mereka ilmu dan didiklah adab mereka.”
Said Ali Wahf Al Qahthani pun menegaskan, “Dapat disimpulkan bahwa orang tua BERTANGGUNG JAWAB dalam MENGAJARKAN kepada anak tentang urusan-urusan agama, meliputi hukum seputar rukun, wajib dan sunnah. Demikian pula urusan dunia yang akan mendatangkan kebaikan dan keberkahan bagi diri anak dan umat Islam.” (Al Hadyu An Nabawi fii Tarbiyatil Aulad fii Dhauil Qur’an wa Sunnah, hal. 128)
Ayah Bunda, mengingat akan adanya kewajiban ini, maka orang tua harus semangat belajar. Mau tidak mau, suka atau tidak suka —meskipun selayaknya harus selalu mau dan suka— untuk terus belajar sebagai orang tua.
Pepatah mengatakan, “Tidak akan bisa memberi, kalau kita tak memiliki.”
Bagaimana mau mengajari, jika tak ada bahan materi yang kita ilmui…?
Oleh karenanya, jangan berhenti meng-upgrade ilmu agama. Jangan pula DEFENSIF dan ANTI dengan masukan dan saran positif dari orang-orang yang menginginkan kebaikan pada anak kita.
Ayah Bunda, kita harus berangkat dari mindset bahwa : “Kita itu miskin ilmu. Kita mengajar, sambil belajar. Sebab kita adalah orang tua yang berstatus sebagai : A Long Life Learner.”
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh : Kak Erlan Iskandar hafizhahullah