Sering dijumpai fenomena dimana orang tua lebih cenderung perhatian tentang masalah keduniaan anaknya, ketimbang memikirkan urusan agamanya.
Padahal Allah ta’ala berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk menjadikan akhirat sebagai tujuan utama, namun jangan sampai melupakan dunia.
Betapa banyak orang tua di zaman sekarang, merasa khawatir jika anaknya tak bisa berhitung matematika dan pandai berbahasa Inggris casciscus dalam berbicara; akan tetapi tak merasa resah jika anaknya tak rajin shalat dan tak pandai membaca Al Qur’an yang merupakan kitab suci agamanya.
Bukankah Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa akhirat itu yang lebih utama?
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’la : 17)
Kita tidak mencela siapapun yang perhatian pada ilmu dunia. Boleh-boleh saja. Bahkan itu justru sebuah hal yang bagus, manakala dimanfaatkan untuk kebaikan akhiratnya.
Sebagaimana diterangkan dalam tafsir Jalalain,
{ وَلاَ تَنسَ } تترك { نَصِيبَكَ مِنَ الدنيا } أي أن تعمل فيها للآخر
“Jangan meninggalkan bagianmu di dunia, maksudnya yaitu selayaknya kamu beramal dengannya di dunia, untuk kehidupan akhirat.”
Yang menjadi sorotan disini ialah orang tua yang bilang kalau dunia dan akhirat itu mestinya fifty-fifty; akan tetapi pada tataran realita, ia lebih perhatian pada urusan dunia anaknya, namun abai pada urusan agama anaknya.
Jangan sampai kita menjadi orang tua yang salah arah.
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh : Kak Erlan Iskandar hafizhahullah