Di antara sebuah ‘ibroh/hikmah yang patut diperhatikan adalah kenyataan bahwa di antara paman Nabi yang hidup di zaman dakwah Islam adalah 4 orang: Abu Thaalib, Abu Lahab, Hamzah, dan Al-\’Abbaas.
Yang tidak masuk Islam adalah Abu Thalib dan Abu Lahab.
Uniknya, kedua paman Nabi tersebut memiliki nama asli yang mengandung kesyirikan karena dinisbatkan sebagai hambanya berhala.
Abu Thalib nama aslinya: \’Abdu Manaaf
Abu Lahab nama aslinya: \’Abdul \’Uzzaa
Dari sini ada pelajaran berharga akan pentingnya sebuah nama.
Madinah dahulu bernama Yatsrib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengganti nama kota Yatsrib (yang maknanya celaan) diganti dengan Thobah / Thoyyibah (yang artinya kebaikan).
كَانَ النَّاسُ يَقُولُونَ يَثْرِبَ وَالْمَدِينَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سَمَّاهَا طَابَةَ قَالَ سُرَيْجٌ يَثْرِبُ الْمَدِينَةُ
\”Manusia sedang berbincang-bincang mengenai Yatsrib dan Madinah, lalu Rasulullah ﷺ bersabda, \”Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta \’ala menamainya dengan Thabah.\” (HR. Ahmad no. 20114)
-Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam mengganti nama seseorang yang bernama hazn, diganti menjadi dengan sahl.
فَقَالَ مَا اسْمُكَ قَالَ حَزْنٌ قَالَ أَنْتَ سَهْلٌ قَالَ لَا أُغَيِّرُ اسْمًا سَمَّانِيهِ أَبِي قَالَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ فَمَا زَالَتْ الْحُزُونَةُ
\”Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam bertanya, \”Siapakah namamu?\” ayahku menjawab; \”(namaku) Hazn (sedih).\” Beliau bersabda, \”(namamu) adalah Sahl (mudah).\” Ayahku berkata, \”Tidak, aku tidak akan mengubah nama yang pernah diberikan oleh ayahku.\” Ibnu Musayyib berkata, \”Maka ia masih saja terlihat sedih ketika bersama kami, setelah peristiwa itu.\” (HR. Bukhari no. 5722)
Ketika perjanjian Hudaibiyah, dari kaum musyrikin diwakili seorang bernama Suhail bin \’Amr. Kemudian Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam pun bersabda,
لَقَدْ سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ
\”Sungguh urusan kalian akan menjadi mudah.\” (HR. Bukhari, no. 2529)
Begitulah…
Islam sangat memandang penting tentang sebuah nama. Ia adalah harapan dan doa. Nama anak juga sebagai “tanda” tentang siapakah orang tuanya dan cita-cita apa saja yang diharapkan dari anaknya tersebut.
Sebagaimana dikatakan dalam pepatah,
لكلِّ رجل من اسمِهِ نَصِيْبٌ
“Setiap orang akan mendapat pengaruh dari namanya.”
Ada sebuah kitab yang sangat bagus, yang panjang lebar membahas tentang nama-nama. Ayah Bunda bisa merujuk kitab Tasmiyatul Maulud karya Syaikh Bakr bin Abu Zaid. Kalau tidak salah sudah ada juga terjemahannya.
Semoga bermanfaat.
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh :
Kak Erlan Iskandar,
Yogyakarta, 8 Dzulqa’dah 1441H