—
Sebelum kita belajar dari Barat, sebagai orang Islam harusnya kita menjadikan Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam sebagai rujukan belajar yang utama, sebab beliau adalah teladan umat.
Adalah sahabat Mu\’awiyah bin Hakam As Sulami radhiyallahu \’anhu yang memberikan kesaksiaan,
ما رأيت معلماً قبله ولا بعده أحسن تعليماً منه
\”Tidaklah aku melihat seseorang pengajar yang paling baik metode pengajarannya daripada Rasulullah shallallahu \’alaihi wa sallam; sebelum ataupun setelah beliau.\” (HR. Muslim no.537)
Nabi sangat pandai dalam mengajar. Beliau sangat lihai seni mendidik. Beliau sangat memahami bagaimana menarik hati anak kecil.
Dikisahkan bahwa suatu kali, Ibnu Abbas menginap di rumah bibinya yang juga merupakan ummahatul mu\’minin, Maimunah Bintu Al Harist radhiyallahu \’anha. Lalu di kala malam, Ibnu Abbas menyiapkan air wudhu di sebuah bejana untuk Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam. Nabi pun bertanya perihal siapakah yang sudah berbaik hati menyiapkan air tersebut untuk beliau.
Setelah tahu bahwa yang melakukannya adalah Ibnu Abbas, maka kemudian Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam memberikan apresiasi dan memotivasi Ibnu Abbas dengan mendoakan kebaikan baginya,
اللّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
\”Ya Allah, Pahamkanlah ia dalam agama.\” (HR. Bukhari no.143)
Beginilah Nabi kita mencontohkan. Apresiasi dan motivasi itu tidak hanya dengan pujian dan hadiah, namun bisa juga dengan ekspresi sumringah dan doa. Ayah dan Bunda harus memperhatikan seni mendidik anak dalam memuji, memotivasi dan mengapresiasi.
Namun, perlu untuk diketahui bahwa tak elok pula jika berlebihan memberikan apresiasi sehingga membuat anak senantiasa diberi sanjungan dan pujian, tak pernah dikritik dan dikoreksi.
Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam memotivasi dan mengapresiasi, namun juga tak segan untuk menegur kesalahan dan mengoreksi. Biarkan Ibnu Abbas sendiri yang bercerita kepada kita,
قُمْتُ لَيْلَةً أُصَلِّي عن يَسَارِ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فأخَذَ بيَدِي – أَوْ بعَضُدِي – حتَّى أَقَامَنِي عن يَمِينِهِ،
\”Suatu malam, aku salat di sebelah kiri Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam, lantas beliau menarik tanganku hingga ia memposisikan aku di sebelah kanannya.\” (HR. Bukhari no.728)
Yang ingin kita tekankan dalam kisah ini; Meski Nabi gemar memotivasi dan mengapresiasi, beliau tidaklah segan untuk membenarkan kesalahan. Nabi ajarkan kita untuk bersikap pertengahan.
Pola pengasuhan yang ideal adalah yang pertengahan. Tidak permisif, tidak pula resesif.
Tidak berlebihan mengapresiasi sehingga membuat anak jadi candu, sulit dikoreksi, susah menerima perbedaan, rendahnya ketahanan saat menjumpai kesulitan dan sukar mandiri.
Tidak pula anti dengan apresiasi sehingga membuat anak rentan stres, mudah merasa minder, minim motivasi, hubungan dengan orang tua menjadi kurang dekat dan anak merasa kurang bahagia.
Segala puji bagi Allah, yang telah mengutus Rasul-Nya, yang telah mengajarkan banyak hal-hal yang sangat penting kepada kita.
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh :
Kak Erlan,