Antara Targhib dan Tarhib

Pengajaran itu tak hanya berisi motivasi dan memberi penghargaan. Selain itu, harus ada pula peringatan dan memberi hukuman dengan berbagai syarat dan catatan.

Ini juga yang menjadi metode Al Qur\’an dalam mengajarkan. Di dalamnya ada TARGHIB dan TARHIB. Menceritakan tentang orang bertakwa beserta janji balasan surga, sekaligus menceritakan tentang orang yang durhaka beserta ancaman balasan neraka.

Nabi shallallahu \’alahi wa sallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Namun, beliau pernah langsung seketika mengambil cincin emas dari tangan seorang sahabat lalu membuangnya seketika. Beliau juga pernah menegur keras Abu Dzar dengan mengatakan,

يا أبا ذر أعيرته بأمه؟ إنك امرؤ فيك جاهلية

“Wahai Abu Dzar, apakah engkau mencelanya dengan menjelek-jelekkan ibunya. Sesungguhnya engkau adalah lelaki yang pada dirimu masih terdapat sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari, no. 30)

Nabi shallallahu \’alahi wa sallam adalah manusia yang paling ramah dan sangat mencintai anak-anak. Dia yang membiarkan Hasan dan Husein bermain di punggungnya sehingga durasi sujud pun menjadi lama,

‎وَلَكِن ابْنِي ارْتَحَلَنِيْ فَكَرَهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ

\”…Akan tetapi cucuku ini sedang naik ke punggungku seolah sedang menunggang kendaraan. Aku tidak ingin menyudahinya sampai ia benar-benar berhenti sendiri” (HR. Nasa’i no. 1141, dalam Ash Shugra, dinilai shahih)

Beliau pula yang begitu ramah, menghibur dan menyapa seorang anak yang sedang bersedih karena burung yang jadi teman bermainnya meninggal dunia,

‎يَا أَبَا عُميرٍ مَا فَعلَ النُّغَيرُ

\”Wahai Abu Umair! Apakah yang telah dilakukan oleh an-nughair?\” (HR. Bukhari, no 5774)

Tapi, Nabi kita juga yang memerintahkan untuk memukul anak yang sudah berusia 10 tahun, namun masih enggan untuk salat. Beliau juga menganjurkan para orang tua untuk menggantungkan cambuk di rumah, agar jadi peringatan untuk anak-anak.

Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam bersabda,

‎عَلِّقُوا السَوْطَ حَيْثُ يَرَاهُ أَهْلُ البَيْتِ، فَإِنَّهُ أدَبٌ لَهُمْ

“Gantungkanlah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluarga. Sesungguhnya itu akan menjadi pengajaran bagi mereka.” (Shahihul Jami\’ no 4022, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani)

Ini pelajaran bagi yang sangat anti dengan hukuman dan juga peringatan bagi yang terlalu bermudah-mudahan dalam memberi hukuman. Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.

Mengasuh dengan mengikuti metode Nabi dan cara Islam, akan membuat kita menjadi menang dan tenang. Umar bin Khattab berujar,

‎نحن قوم أعزّنا الله بالإسلام و مهما ابتغينا العزة في غير الإسلام أذلنا الله

“Kita adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam. Bilamana mencari kemuliaan bukan dengan Islam, maka Allah akan menghinakan.” (Dinukil dari Tuhfatul Abaa Bimaa Warada Fii Tarbiyatil Abna, Hal.5)

Begitulah madrasah Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam yang sudah melahirkan banyak pemimpin dunia. Dalam pendidikan dan pengasuhan menggabungkan antar TARGHIB dan TARHIB.

••• ════ °° ════ •••

Ditulis oleh :

Kak Erlan Iskandar,

Yogyakarta, 24 Dzulqa’dah 1441H

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *