Ayah, Mari kita perhatikan bersama ayat berikut…
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَا ۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰى بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ
\”Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.\” (QS. Yusuf : 24)
Nabi Yusuf hampir saja tergoda. Tapi, ia kemudian menolak setelah melihat TANDA dari Rabb-nya.
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan banyak pendapat terkait apa makna TANDA tersebut.
Diantara makna TANDA yang disebut dalam ayat tersebut adalah,
وأما البرهان الذي رآه ففيه أقوال أيضا : فعن ابن عباس ، ومجاهد ، وسعيد بن جبير ، ومحمد بن سيرين ، والحسن ، وقتادة ، وأبي صالح ، والضحاك ، ومحمد بن إسحاق ، وغيرهم : رأى صورة أبيه يعقوب ، عليه السلام ، عاضا على أصبعه بفمه .
وقيل عنه في رواية : فضرب في صدر يوسف .
((Adapun tanda / petunjuk yang dilihat Nabi Yusuf di sini, ada beberapa pendapat.
Dari Ibnu Abbas, Mujahid, Said bin Jubair, Muhammad bin Sirrin, Al Hasan, Qotadah, Abu Shalih, Adh Dhahhak, Muhammad bin Ishaq dan yang lainnya berkata,
“Dia melihat sosok ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihis salam, sedang menggigit jari dengan mulutnya.”
Diterangkan pula dalam riwayat lain, “Nabi Ya’qub memukul dada Nabi Yusuf.”)) —(Tafsir Ibnu Katsir, dinukil dari aplikasi Ayat, KSU)
Ayah, ternyata TANDA yang membuat Nabi Yusuf bisa menghindar dan lolos dari ujian keimanan, adalah sosok ayah yang hadir di benaknya.
Ayah, jika sekiranya anak kita dihadapkan pada ujian dan musibah berupa dihadapkan pada kemaksiatan ataupun dosa besar, maka sepatutnya kita bertanya:
\”Apakah anak kita menghadirkan sosok ayahnya, yang mengingatkannya untuk menghentikan perbuatan dosanya?\”
Seberapa dekat, antara kita sebagai ayah dengan anak-anak kita?
Seberapa banyak, pelajaran dan nasehat yang telah kita ajarkan kepada anak kita?
Seberapa besar, pengaruh kita sebagai seorang Ayah?
Semoga menjadi renungan buat Kak Erlan dan para Ayah sekalian.
Kak Erlan juga masih belajar menjadi seorang ayah.
Mari terus belajar menjadi ayah teladan dan idola anak-anak kita.
Yassarallahu lanaa.
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh :
Kak Erlan Iskandar,
Yogyakarta, 24 Syawal 1441H