Kata \”Isthobaro\” ( اصطبر ) sejatinya merupakan sebuah kata kerja dengan wazan \”ifta\’ala\” ( افتعل ). Huruf ta\’-nya berubah menjadi huruf tho (ibdal), lantaran terpengaruh huruf shod yang memiliki sifat al isti\’la\’.
Baiklah, kita tidak berpanjang lebar membahas ilmu sharf di sini, namun Kak Erlan ingin menerangkan bahwa diantara makna wazan ifta\’ala adalah lil muthoowa\’ah, untuk menunjukkan makna kesungguhan (Al Kaafi Fii ‘Ilmis Sharfi 2/34).
Ada pelajaran berharga manakala Allah ta\’ala menyuruh kita untuk BERSABAR ketika memerintahkan keluarga untuk salat, dengan memakai kata \”ishthobir\” ( اصطبر ).
Allah ta\’ala berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
\”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha : 132)
Kaidahnya: \”ziyadatul mabnaa ziyaadatul ma\’naa\”. Apabila ada penambahan bentuk, maka akan ada penambahan makna. Allah memerintahkan kita bersabar dengan diksi \”ishthobir\” ( اصطبر ) bukan \”ishbir\” ( اصبر ).
Maknanya, Allah memerintahkan kita bukan hanya untuk sekedar bersabar, tapi lebih dari itu, kita disuruh untuk bersabar dengan penuh kesungguhan dan perjuangan tatkala memerintahkan anak untuk salat.
Inilah keindahan Al Qur\’an, sekaligus mengingatkan kita betapa pentingnya belajar Bahasa Arab, agar kita bisa merasakan keindahan Al Qur\’an.
Ayah Bunda yang mungkin sedang letih dan lelah dalam mendidik anaknya untuk salat, ingatlah ayat yang indah ini. Allah memang perintahkan kita untuk bersabar.
Bersabarlah memerintahkan anak kita untuk salat sejak usianya 7 tahun. Sampai usianya 10 tahun, diperkenankan untuk memberi pukulan \”kasih sayang” kepadanya.
مُرُوا أوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا ، وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
\”Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan salat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka saat mereka berumur sepuluh tahun jika mereka meninggalkannya, serta pisahkan mereka (antara laki dan perempuan) ditempat tidur.\” (HR. Ahmad no. 6756, dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani)
Sebelum usia 7 tahun, kita tidak boleh mengajak dengan menghukum terlebih lagi memaksa, justru efektifnya adalah dengan keteladanan.
Dari usia 7 tahun hingga usia 10 tahun, kita mulai memerintahkan anak untuk salat mengingatkan dengan kalimat ajakan bukan pukulan. Bayangkan 3 tahun lamanya. Jika tahun hijriyah itu setara dengan 354 hari, sedangkan salat dalam sehari itu 5 kali. Berarti kita harus mengingatkan anak kita untuk salat sebanyak (3 x 354 x 5 = 5310 kali).
Pada usia 10 tahun, jika anak tidak mau salat, maka boleh dipukul dengan catatan dan banyak rincian.
Memang dalam memerintahkan anak salat, harus bersabar. Bersabar dengan perjuangan. Bersabar dengan kesungguhan.
Semangat Ayah Bunda!
••• ════ °° ════ •••
Ditulis oleh :
Kak Erlan Iskandar,
Yogyakarta, 24 Dzulqa’dah 1441H