Sore ini, istri bercerita kepada kami. Tentang sebuah fenomena dimana ada sebagian orang tua –terutama emak-emak kekinian– yang jika merasa kurang bisa mengontrol emosi kepada anak, lantas diingatkan untuk bertakwa, banyak berzikir dan meningkatkan iman; maka dengan spontan nasihat ini ditolak kemudian se-se-ibu tersebut merasa seolah tak dimengerti dan sangat tersudutkan.
\”Aku tuh, berdosa banget apa ya? Aku tuh butuh dimengerti. Masak ketika hatiku lagi kacau, perlakuan-ku kurang baik kepada keluarga dan anak, katanya dibilang kurang berzikir dan bertakwa. Lagi emosi jiwa dan capek perasaan dengan semesta sekitar, kok malah dianggap kurang iman,\” begitu kurang lebih keluhannya.
—
✨Dalam Al Qur’an✨, sangat banyak sekali perintah-perintah dari Allah, agar kita bertakwa. Bahkan sebagian ayat-ayat-Nya kerap diulang dalam setiap khutbah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tak jarang mengingatkan untuk bertakwa.
Adalah ���Bunda Aisyah radhiyallahu \’anha��� pernah diberikan nasihat oleh Rasulullah shallallahu \’alaihi wa sallam,
يَا عَائِشَةُ عَلَيْكِ بِتَقْوَى الله وَالرِّفْق
“Wahai Aisyah, wajib bagimu untuk bertakwa kepada Allah dan berlemah lembut.” (HR. Ahmad, no. 24307, dinilai saheh oleh Syaikh Al-Albani)
Lihatlah… Bagaimana pesan ini disampaikan Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam kepada Bunda Aisyah. Apakah Bunda Aisyah menolak nasihat ini? Tentu tidak!
Sungguh, nasihat-nasihat yang mengingatkan tentang takwa itu merupakan sebuah pengingat yang indah.
Mengapa kita justru alergi jika diingatkan tentangnya?
—
Kita harus adil dan tidak menutup mata akan faktor suami sebagai ikhtiar untuk mengurangi sebab-sebab istri yang rentan emosi; semisal suami yang tak sungkan jika berbagi tugas mengurus rumah dan anak, suami yang giat membantu istri dan juga tidak pelit memberi apresiasi.
Namun, yang kita soroti di sini; Mengapa se-alergi itu sih, jika ibu-ibu diingatkan dengan nasihat ketakwaan..? Mengapa se-enggan itu sih, jika tips seputar keluarga dan pengasuhan dikaitkan dengan nilai-nilai keimanan..?
Nasihat takwa dan meningkatkan keimanan justru merupakan sebuah pengingat yang sangat berharga dan amat menyejukkan. Bukankah dulu, para ulama salafus saleh seringkali saling memberi wasiat :
وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ
“Siapa yang memperbaiki hubungan ia dengan Allah, Allah akan perbaiki hubungan ia dengan manusia.”
—
Lalu, mengapa nasihat seberharga ini justru berat sekali kita terima di dalam hati? Ah, semoga Allah mengampuni kita-kita ini.
Kami jadi teringat dengan ���hikmah handsanitizer yang kerap kita pakai membersihkan tangan dari kuman bakteri. Ternyata alkohol dalam handsanitizer itu ketika disemprotkan, memberi sensasi dingin dan kesejukan.
Namun berbeda halnya, jika tangan kita tengah terluka, sedikit saja tersemprot cairan handsanitizer, maka kita akan merasa perih dan sakit.
Semoga Allah karuniakan kita: Qalbun Saliim.
Aamiin.
••• ════ °° ════ •••
✍���Al Faqir ilaa Maghfirati Rabbih
Kak Erlan Iskandar
Sleman ketika turun hujan, 13 Jumadal Akhirah 1442H